[FANFICTION] ZWART (Book 1 “The Last Blood”)

zwart

Tittle : ZWART (Book 1 “The Last Blood”)

Main Cast : 1. Kim Myungsoo (INFINITE)

     2. Bae Suzy (Miss A)

           Other : Lee Sungyeol (INFINITE),Choi Jinri (fx), Kim Ahyeon (Girl’s Day), Jang Dongwoo (INFINITE), Hwang Tiffany (Girls Generation), Lee Howon (INFINITE), Kim Sunggyu (INFINITE), Nam Woohyun (INFINITE), Jung Hyerim (A-pink), Jung Soojung (fx)

Genre : Romance,Best Friend , Fantasy, Action, Adventure

Author : LAWLIET

Type : Chaptered

Rating : PG-15

Annyeong~ Akhirnya takdir telah mengizinkan kita untuk bertemu lagi/? Masih ingatkah FF dari LAWLIET yang berjudul “I Need You”? (harus inget QAQ) Kali ini LAWLIET mempersembahkan Fanfic dengan genre yang lebih keras dari Fanfic sebelumnya. Mohon maaf bila pengepostan chapter berikutnya akan agak lama dikarenakan LAWLIET sendiri sedang tidak masa libur sekolah/?  Happy reading and seperti biasa untuk meninggalkan comment ^^ kamsa~

*Prolog*

“Sudah berapa kali kakek bilang, jangan masuk ke gudang ini!”

Pria berambut putih itu berdiri di ambang pintu sebuah gudang. Dibawanya lilin di tangan kanannya. Wajah berkerutnya tampak marah dan tak terima karena cucu satu-satunya telah memasuki gudang pribadinya.

Anak remaja laki-laki itu buru-buru menaruh barang yang sempat ia jatuhkan kembali ke atas meja berdebu. Ia menepuk tangannya menyingkirkan debu yang menempel, “Maaf, aku hanya penasaran karena Kakek selalu melarangku masuk ke sini sejak kecil,” Ia menunjuk beberapa barang di sekitarnya, “Lihatlah, ini hanya sebuah gudang bawah tanah biasa tempat untuk menaruh barang-barang bekas, apa yang membuat kakek jadi semarah itu?”

“Bukan barang bekas, mereka semua barang antik. Kau sudah tahu apa yang ada di dalam sini jadi cepatlah keluar sebelum kau menghancurkan salah satu barang antik milik kakek karena sifatmu yang ceroboh.” Sang kakek tampak geram menghadapi cucunya yang keras kepala.

“Woah, lihat boneka ini.” Bocah lelaki itu menyentuh sebuah lemari kaca yang di dalamnya terdapat sebuah boneka bermata besar.

“Jangan sentuh itu!”

“Baiklah baiklah, lalu apa ini?” Ia berjinjit meraih sebuah buku di atas rak, sebuah buku tebal yang sudah usang. Diusapnya jilid buku itu dari debu dan dibacanya judul buku itu,

“ZWART ?”

Sang Kakek melangkah mendekat dan memicingkan matanya karena pengelihatannya sudah tidak jernih lagi,“Oh buku ini, ini yang paling tidak berharga dari semua barang antik disini.” Tampaknya amarahnya sudah agak baikan sekarang.

“Kenapa? Apakah buku ini palsu?”

Pria tua itu menggeleng,“Kakek tidak pernah membeli sesuatu yang tidak asli. Kabarnya buku ini hanya karangan fiksi belaka saja, yang berati buku ini sama saja dengan buku-buku lain yang ada di toko. Karena tidak pernah dibaca dan sayang untuk dibuang oleh karena itu kakek menaruhnya disini.”

“Kalau begitu, bolehkah aku memiliki yang satu ini?” Mata sang cucu berbinar, “Aku sangat senang membaca berbagai macam buku, boleh ya.”

Sang kakek hanya menghela nafas dan tersenyum, “Baiklah, ambil saja. Dengan syarat kau tidak boleh masuk lagi kesini.”

“Ay ay kapten! Aku akan segera membacanya.”

Pria tua itu merangkul cucunya dan mengangguk-ngangguk tersenyum. Bocah itu segera berjalan keluar dengan kakeknya penuh perasaan senang. Saking senangnya ia sampai tak menyadari di gudang itu ada sebuah pistol yang berkilau misterius.

“Ini adalah kisah tentang sekelompok manusia yang hidup ditengah dunia mengerikan bernama ZWART. Di dalam kegelapan dunia ZWART  hiduplah seorang prajurit bernama Kim Myungsoo yang mencintai seorang perempuan berdarah turunan Bae yang terakhir, perempuan itu bernama Bae Suzy….. Bersama ketiga sahabatnya ia berusaha menaklukan dunia ZWART.”

 

 

ZWART

Book 1 “The Last Blood”

Jubah hitamnya berkelebat ketika lelaki berparas tampan nan sempurna itu memijakkan kakinya diatas pohon. Kedua tangannya terlipat di dadanya, mata elangnya menatap tajam pemandangan dibawahnya. Ini pertamakalinya ia melihat pemandangan seperti itu.

Ia tersenyum sinis melihat seorang perempuan yang berlari tertatih-tatih, berusaha lari dari sebuah makhluk hitam jelek dan aneh yang mengejarnya. Perempuan itu tersandung dan terjatuh, membuat rambut merah indahnya jadi tak karuan. Perempuan itu menjerit ketika makhluk hitam itu mulai melumer dihadapannya dan menempel pada tubuhnya seperti lem, perlahan makhluk hitam itu mulai menelannya.

“Baiklah.” Lelaki yang sejak tadi hanya menunggu dan memperhatikannya itu kini menjentikkan jarinya dan sekejap ia sudah berada dihadapan gadis berambut merah itu.

“Letnan Myungsoo! Cepat tolong aku.. ugh!” Ia melolong sambil berusaha melepaskan makhluk hitam itu, “Ah andwae! Rambutku.” Ia semakin menjadi ketika rambut merahnya mulai dimakan oleh makhluk hitam itu.

“Don’t move! Krystal.”

Myungsoo menarik sebuah pistol dari balik jubahnya dan mengarahkannya ke arah Krystal. Yang ingin ditolong menahan nafasnya, berusaha tidak bergerak agar Myungsoo tidak salah bidik.

Dengan pasti Myungsoo menarik pelatuknya tepat sebelum makhluk hitam itu melahap seluruh tubuh Krystal.

Wush…….

Makhluk hitam itu seketika berubah menjadi asap, terdengar suara jeritan tipis ketika makhluk itu menghilang. Myungsoo tersenyum puas dan kembali memasukan tangannya ke dalam jubah. “Gwaenchana?” Tanyanya kepada Krystal yang membeku syok.

Krystal mengusap air matanya, ia buru-buru berdiri dan menepuk pakaiannya yang kotor karena debu dan tanah, “Aish, kukira kau akan menembakku juga.” Ia meringis kecil ketika merasakan kakinya ngilu akibat terjatuh.

Myungsoo menggeleng, “Pelurunya akan langsung menghilang ketika menembus tubuh Fleguel.” Jawabnya. Tiba-tiba lehernya terasa panas dan punggungnya merinding, ia merasakan sesuatu mendekatinya. Ia menoleh,

Benar saja, ia didatangi oleh teman satu angkatannya. Lee Sungyeol mendaratkan kakinya di atas tanah dengan mulus membuat debu di bawah kakinya mengebul, “Aku merasakan ada sesuatu di sekitar sini.” Ujarnya sembari melangkah mendekati Myungsoo dan Krystal.

“Fleguel berhasil memasuki wilayah ini.” Ucap Krystal sembari mengusap-usap lengannya.

Sungyeol membulatkan matanya “Mwo? Berapa banyak?”

“Hanya satu,” Myungsoo berdecak, “Walaupun hanya satu tapi ini memungkinkan akan lebih banyak Fleguel yang bisa memasuki wilayah ini.”

“Sepertinya ada yang tidak beres dengan tameng wilayah ini. Lebih baik kita cepat lapor pada Abeoji sipit.” Sungyeol berbalik, ia merubah tubuhnya menjadi serpihan dan menghilang seketika.

“Ya! Jangan dia bukan abeoji sipit! Namanya Kim Sunggyu.” Krystal menggeram pada Sungyeol yang telah hilang, “Dasar anak itu.”

“Kau tidak ingin mengikutinya ke tempat Sunggyu-nim? Aku akan ke tempatnya untuk melapor. Ah pasti kau tidak akan mau ikut karena disana ada Jung Hyerim, kalau begitu sampai bertemu lagi dan nikmatilah perjalanan pulang dengan kakimu yang pincang itu.” Myungsoo menyibakkan jubahnya dan langsung menghilang begitu saja.

Mereka manusia aneh bukan? Tidak, jika kau menganggap mereka aneh maka kau salah besar. Mereka adalah prajurit istimewa yang mempunyai kekuatan khusus. Mereka semua tinggal di sebuah wilayah yang terlalu kecil untuk disebut kota. Hanya ada dua buah gedung asrama, perpustakaan, gudang dan beberapa bangunan lainnya untuk keperluan. Wilayah itu dikelilingi pagar tameng yang diselimuti kekuatan agar tak ada yang bisa melewatinya. Wilayah itu dipimpin oleh Jendral Kim Sunggyu. Hal yang menakutkan adalah kenyataan bahwa wilayah mereka dikelilingi oleh dunia gelap yang mereka sebut sebagai ZWART *Hitam*

ZWART adalah daerah terlarang, mereka semua tidak boleh keluar dari pagar yang mengelilingi wilayah mereka. Karena kau tidak akan pernah tahu hal apa saja yang ada di dunia ZWART, salah satunya Fleguel. Makhluk hitam berwujud manusia yang berkeliaran di ZWART.

Jika kalian bertanya mengapa mereka berada di sana, mereka akan menjawab ‘Molla.’ Dan jika kalian bertanya kapan mereka akan keluar dari wilayah itu, maka mereka akan menjawab ‘Molla.’

“Jenral Kim.” Ujar Sungyeol ketika ia menapakkan kaki di sebuah taman kecil yang dipenuhi tumbuhan aneh dan hewan-hewan kecil aneh di pusat wilayah.

Pria bernama Kim Sunggyu yang sejak tadi hanya memperhatikan air di kolam itu menoleh, “Ya?” Ia memicingkan mata sipitnya, “Letnan Sungyeol, kenapa kau disini? Sekarang bagianmu untuk berjaga bukan?”

“Ya, aku sedang berjaga saat ini. Ada hal buruk yang ingin kusampaikan.”

“Hal buruk ap…”

“Satu buah Fleguel telah muncul di wilayah kita.” Myungsoo tiba-tiba muncul dari tengah kolam. Ia berjalan di atas air kolam, walaupun ia muncul dari kolam namun pakaiannya tidak basah sama sekali.

“Mengapa bisa? Ah bodoh sekali, si tua bangka Dongwoo itu pasti tidak becus dalam mengurusi tameng.” Gerutu Sunggyu.

“Bagaimana jika akan ada lebih banyak fleguel yang masuk kesini? Fleguel yang satu itu sudah membuktikan bahwa tameng kita sudah bisa ditembus oleh Fleguel.” Raut wajah Sungyeol khawatir.

“Tenang saja, kau pikir prajurit disini tidak hebat?” Sunggyu tersenyum sinis, “Kalian berpatroli lah! Aku akan menemui si tua bangka itu.” Sunggyu menghentakkan kakinya dan menghilang seketika.

“Kalian berpatrolilah~ Dasar tukang perintah.” Sungyeol mengejek Sunggyu. “Ini gila, kita akan semakin sibuk jika seperti ini sementara si sipit itu hanya senang memerintah saja.” Gerutunya sambil berdecak-decak tak habis pikir.

“Bagaimana kalau kita membunuhnya? Dengan begitu tidak ada yang memerintah mu lagi.” Myungsoo tersenyum menakutkan.

Sungyeol memukul lengan Myungsoo, “Itu mustahil.”

“Kau hanya berbicara seperti itu di belakang, namun dihadapan dia kau berpura-pura patuh.”

“Ya, itu hanya sebuah sindiran karena dia tukang memerintah.”

Myungsoo hanya menggeleng.

Sungyeol menghela nafas, “Ngomong-ngomong, tadi aku mencium bau darahmu saat berpatroli.”

“Oh, itu karena ini,” Myungsoo mengeluarkan sebuah pistol perak, terukir huruf L di batang pistol tersebut.

Sungyeol membulatkan matanya terkejut, “Pistol jenis itu… kau mendapatkannya dari mana?”

“Kenapa terkejut seperti itu? Pistol ini peninggalan ayahku dan ini pertama kalinya aku menggunakannya setelah benda ini kusimpan dalam waktu yang sangat panjang.”

“Hebat, satu-satunya pistol yang dapat membunuh Fleguel aku tidak percaya kalau pistol ini benar-benar ada. Ku dengar pistol ini menggunakan darah si pemakainya sebagai peluru. Pantas aku mencium bau darahmu.”

Myungsoo tertawa, “Kau memang banyak tahu tentang senjata.”

“Tentu saja, aku Letnan yang ahli dalam hal senjata.”

“Kalau begitu, sekarang kau akan berhenti menjadi Letnan.” Myungsoo mengarahkan pistolnya pada kening Sungyeol.

“Hei..” Sungyeol membeku.

“Katakan kata-kata terakhirmu Letnan, sebelum aku menarik pelatuk ini.” Myungsoo menampakkan senyum dan mata mematikannya.

“Apa yang kau lakukan?!” Kaki Sungyeol tak bisa bergerak karena Myungsoo membekukan darah di kaki Sungyeol.

“Aku tidak suka ada yang menyaingiku, aku tidak akan membiarkan kau melampauiku.”

Sungyeol tersenyum karena ia tahu Myungsoo mengajaknya untuk bermain, “Aku akan lebih dulu membunuhmu.” Sungyeol menggerakkan tangannya membuat sebuah pusaran hitam di tangannya yang sekejap berubah menjadi dua senapan di kedua tangannya.

Myungsoo tercengir menampakkan deretan gigi putihnya kemudian ia melompat jauh ke belakang mengambil jarak tak lupa untuk membebaskan kaki Sungyeol.

“Hal yang percuma jika kau mengambil pertarungan jarak jauh.” Sungyeol menarik pelatuknya dan mulai menembaki Myungsoo. “Rasakan ini!”

Myungsoo menghindar, Ia mencabut beberapa rumput dan diubahnya menjadi jarum jarum kemudian ia menyerang Sungyeol dengan lemparan jarum kecepatan tinggi. Sungyeol bergeser untuk menghindar, namun pergerakannya tak lebih cepat dari kecepatan jarum itu sehingga satu jarum menggores pipinya.

“Bedebah..” Sungyeol mengusap darahnya dan menjilatnya. Ia melenyapkan dua pistolnya dan menggantinya dengan pistol mesin. “Hahaha, kemari kau.”

Myungsoo menghentakkan kedua tangannya pada tanah dan mengubah seluruh rumput dihadapannya menjadi jarum agar Sungyeol kehabisan tempat untuk berpijak.

Sungyeol melompat dan bergantung di ranting pohon berwarna abu abu. Ia menembaki Myungsoo tanpa henti. Myungsoo menghindar, tak tahu kenapa jubah bagian belakangnya terbakar ketika peluru Sungyeol berhasil mengenai jubahnya. Ia lekas melepas jubah yang mulai habis terbakar.

“Itu peluru api bodoh!” Sungyeol naik ke ranting pohon dan mengganti pistolnya dengan granat. Ia melemparinya satu ke bawah, Myungsoo menghindar lalu tersenyum sinis pada Sungyeol. Tak sampai disitu ternyata Sungyeol kembali memunculkan granat kedua, ketiga, keempat, kelima secara tak henti-henti ke arah Myungsoo.

BLEDAR! BLEDAR! BLEDARR!

Sungyeol menyaksikan kepulan asap kemerah-merahan yang dihasilkan oleh granatnya. Ia terkehkeh merasa dirinya sudah menang.

Namun ternyata tidak , Ranting pohon yang ia pijaki tiba-tiba bergerak dan mulai melilit tubuhnya dengan sangat kuat sampai ia tak bisa bernafas. “Sial” Sungyeol meronta berusaha melepaskan diri.

Myungsoo muncul dari kepulan asap, “My turn.” Myungsoo menggerakkan tangannya membentuk kepulan asap itu menjadi singa raksasa, Sungyeol mengeluarkan keringat dingin, “Jangan khawatir, ini hanya asap yang berbentuk singa. Tapi aku sudah merubah giginya menjadi besi haha,” Myungsoo mengangkat tangannya, “Annyeong.” Ia mengayunkan tangannya.

Sungyeol memejamkan matanya, berkonsentrasi.

BLEDAR!

Pohon yang melilitnya meledak seketika. Myungsoo terkejut ia kembali melompat mundur.

Sungyeol melompat dari kepulan asap, “Mari kita bertarung secara langsung.” Sungyeol memuluskan satu tendangan pada wajah tampan Myungsoo.

“Cih.” Myungsoo mengusap bibirnya. Ia melayangkan satu pukulan pada rahang Sungyeol. Myungsoo mencekik leher Sungyeol dan menghantam perutnya dengan dengkul. Sungyeol berubah menjadi kepulan debu dan menghilang.

Myungsoo terengah-engah, ia melihat sekelilingnya. “Lee Sungyeol. Aku tahu kau tidak berada jauh dari sini. Kekuatan trans itu tidak bisa membawamu ke tempat yang jauh. Keluar kau!” Myungsoo mengeluarkan kobaran api dari kedua tangannya yang mengepal.

“Aku disini.”

Sebuah tangan keluar dari bawahnya dan menarik kakinya ke dalam tanah hingga badannya masuk hingga leher ke dalam tanah.

“Sial.”

Sungyeol tiba-tiba muncul dihadapannya, “Aku menang.” Ia berlutut dihadapan Myungsoo dan mengarahkan pistolnya ke kening Myungsoo dan menarik pelatuknya.

Plop…

 

Myungsoo membuka matanya. Kenapa tidak sakit?

“Lain kali jangan melawanku, Letnan.” Sungyeol berdiri dan meniup ujung pistolnya yang mengeluarkan asap tipis.

“Apa ini?” Tanya Myungsoo setelah melihat di keningnya ada sebuah bunga yang tumbuh.

“Peluru bunga, aku menemukannya di depan pintu kamar. Dari fans mu sepertinya.” Sunyeol melenyapkan pistolnya.

Myungsoo meretakkan tanah disekitar tubuhnya dan berhasil bebas. “Kau selalu mengambil barang yang bukan milikmu hah?” Myungsoo mencabut bunga dari keningnya dan membakarnya habis.

“Memangnya kau akan memakainya? Kajja, aku sampai lupa kalau kita harus berpatroli,” Sungyeol berbalik, “Oh tidak… Jendral.”

Jendral Kim Sunggyu ternyata sudah berdiri di ujung taman. Wajahnya gelap tanda ia sangat marah melihat tamannya telah hancur. “Lee Sungyeol! Kim Myungsoo!”

*****

“Pertarungan antar Letnan? HAH! Kalian mau buat lelucon?”

Seorang Letkol yang tengah mengomel sambil berjalan bolak balik dihadapan Myungsoo dan Sungyeol itu tak berhentinya berbicara. Mereka tengah berada di tengah lapangan sedang dimarahi oleh atasan akibat bermain sebentar.

Buk! Buk!

Myungsoo dan Sungyeol menahan nafasnya ketika Letkol itu memukul punggung mereka dengan tongkat kayu.

“Baru dapat pangkat Letnan saja sudah sombong!”

Myungsoo yang habis kesabaran akhirnya melawan, “Lalu anda bangga mempunyai pangkat sebagai Letkol? Merasa berkuasa?” Ia menaikkan sebelah alisnya tanda jengkel

Letkol itu kembali memukul Myungsoo kali ini dengan pukulan yang lebih keras. Sungyeol hanya berani meliriknya sesekali takut ia ikut dipukul juga.“Aku atasanmu! Kau jangan macam macam.” Letkol itu menunjuk hidung Myungsoo dengan tongkatnya.

Myungsoo menggigit bibirnya, “Kau juga jangan macam-macam.” Myungsoo menggenggam tongkat kayu itu dan dibakarnya seketika. Membuat Letkol itu terjungkal kebelakang dan menabrak seseorang.

“Ada apa ini? Berisik sekali.”

Letkol itu menoleh, “Ah! Letjen Bae.” Ia membungkuk kikuk pada atasannya.

Letjen perempuan itu melirik Sungyeol dan Myungsoo secara bergantian, Myungsoo balas menatapnya menantang sementara Sungyeol hanya bisa menatap lurus menghindari tatapan Letjen perempuan itu.

“Letkol Nam, tinggalkan tempat ini dan berjagalah di gerbang pertahanan kita butuh memperketat tameng,” Perintah Letjen Bae pada Letkol Nam. “Soal kedua Letnan ini, biar aku yang urus sebagai Letnan Jendral.” Letjen Bae tersenyum sinis pada kedua Letnan itu.

“Baik!” Letkol Nam segera berlari meninggalkan mereka.

Myungsoo menatap tajam pada Letjen perempuan itu, sementara yang ditatap hanya tersenyum meledek. “Letnan Kim, Kau yang membakar tongkat ini?”

“Lalu kenapa?”

“Beraninya.” Letjen itu bergerak dengan sangat cepat ke hadapan Myungsoo. Ia menarik dagu Myungsoo yang lebih tinggi darinya dan menempelkan bibir merahnya pada bibir Myungsoo dengan kasar.

“Astaga.” Gunam Sungyeol sangat pelan, terkejut karena Letjen itu dengan begitu saja mencium Myungsoo.

Myungsoo yang tampaknya juga terkejut pun buru-buru mundur untuk mengakhiri ciuman itu.

Aneh

 

Ia mengusap bibirnya yang bekas ditempeli bibir Letjen Bae. Ia tidak terkejut karena Letjen itu menciumnya namun ia terkejut ada sebuah sengatan listrik di bibirnya. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak tak karuan. Ia terbatuk dan jatuh berlutut.

Sungyeol tercengang dalam hati. Apakah ciumannya seganas itu? batinnya

Letjen Bae tersenyum puas melihat Myungsoo yang berlutut dihadapannya, “Terkejut?Aku telah mengambil kekuatanmu, kau harus terkejut.”

“Ap.. apa?” Myungsoo masih memegangi dadanya.

“Ini hukuman untukmu. Bukankah sudah jadi peraturan di wilayah ini? Siapapun yang membuat keributan dengan kekuatannya maka kekuatan itu akan diambil.”

Jantung Sungyeol berdegup kencang, apakah ia juga akan dicium oleh wanita itu dan diambil kekuatannya?”

“Kau tidak terhubung lagi dengan kekuatan spiritual yang bisa membuatmu berpindah tempat dan kau tidak bisa lagi mengendalikan barang disekitarmu.”

Myungsoo terdiam.

“Karena perbuatanmu masih termasuk ringan dan kau seorang Letnan maka aku akan meninggalkan kekuatan api mu. Dan kau..” Letjen Bae menunjuk Sungyeol, “Karena kau hanya mempunyai kekuatan lubang hitam dimensi lain atau apalah itu, maka aku tidak akan menarik kekuatanmu.”

Sungyeol menghela nafas lega karena satu-satunya kekuatan yang dimilikinya tidak akan diambil.

“Selamat bertugas setelah ini, dan Letnan Kim..” Letjen Bae kembali menunjukkan smirknya, “Selamat menjadi Fire Handler.” Letjen itu berbalik dan menghilang.

Setelah Letjen itu menghilang barulah Sungyeol dapat menoleh ke arah Myungsoo. “Ya, kau tidak apa-apa?”

Myungsoo menggigit bibirnya, “Sialan.” Gunamnya sambil memukul tanah dengan kepalan tangannya.

Selama ini Myungsoo bangga dengan kekuatan istimewanya yang dapat merubah dan mengendalikan benda disekelilingnya karena dalam legenda hanya ada satu orang yang mempunyai kekuatan istimewanya itu dalam jangka waktu seribu tahun. Dan kini, seorang perempuan bernama Bae itu mengambilnya begitu saja? Ia patut bersyukur karena ia masih memiliki kekuatan api namun melepaskan sesuatu yang istimewa tidaklah semudah itu.

“Aku ingin Nam Woohyun! Aaa, Nam Woohyun eodiga?”

Myungsoo dan Sungyeol menoleh ketika mendengar suara rengekan gadis manja yang sering mereka dengar. Gadis itu tak lain adalah Jung Hyerim yang mempunyai pangkat Sersan. Kabarnya, ia sudah menikah dengan Letkol Nam Woohyun seminggu yang lalu. Mengingat itu, membuat Myungsoo jadi menggidik ngeri. Mendengar celotehan Hyerim saja sudah membuat merinding karena ia tak pernah berhenti bicara, bagaimana rasanya jika ia jadi Woohyun? Isunya Hyerim menggunakan sebuah obat agar Nam Woohun suka padanya. Mengerikan bukan?

“Sudah kubilang bukan, dia sedang bertugas jadi berhentilah mencarinya dan bersikaplah proposional.” Gadis disampingnya terlihat sudah pusing dengan rengekan temannya.

“Tidak bisa! Aku harus menemuinya.” Hyerim memajukan bibirnya, kemudian ia menyadari Sunyeol dan Myungsoo yang berdiri di tengah lapangan.

“Hei.. hei.. ayo cepat pergi!” Sungyeol berbisik pada Myungsoo untuk segera pergi sebelum Jung Hyerim memanggil mereka dan menanyakan seribu pertanyaan mengenai Woohyun namun terlambat. Jung Hyerim sudah meneriaki mereka.

“Ya! Kim Myungsoo Lee Sungyeol!” Teriaknya.

“Aish. Waeyo?”

Jung Hyerim berlari ke arah mereka diikuti dengan perempuan berambut sebahu. “Kemana Letkol Nam ku?” Todongnya pada Myungsoo dan Sungyeol.

“Mana ku tahu.” Jawab Myungsoo seadanya.

“Ya! Bagaimana bisa salah satu dari kalian tidak tahu? Aku melihat bekas telapak kakinya menginjak tanah di depanmu. Kau pasti tahu kemana dia, iya kan? Atau kau sengaja menyembunyikan Woohyun agar aku tidak bisa menemuinya? Kalau sampai Woohyun ku terluka aku akan membunuh kalian secara perlahan.”

Myungsoo tercengang, “Untuk apa aku menyembunyikan orang itu? Kecuali kalau dia dapat mengembalikan kekuatanku.” Myungsoo melipat tangannya.

“Orang itu? Ya! Dilarang menyebut Nam woohyunku dengan sebutan tak sopan seperti itu!”

“Ah sudahlah, Jinri lekas bawa pergi istri Woohyun ini.” Myungsoo melemparkan pandangannya pada perempuan yang sejak tadi berada di belakang Hyerim.

Perempuan bernama Jinri itu menurut saja, “Baiklah. Hmm.. Sampai bertemu lagi Myungsoo.” Ia menggandeng Hyerim dengan paksa dan menghilang dari hadapan Myungsoo.

Sungyeol menyikut Myungsoo, “Ck, dia hanya pamitan pada mu saja untung dia anak yang manis.”

“Aku tahu itu.”

“Sampai kapan kau akan begitu? Kau tidak mengincarnya? Jinri adalah Sersan paling cantik lho. Tidak bosan untuk menjadi single terus?”

“Tidak bisa. Adikku pasti akan sangat marah.” Myungsoo berbalik memunggungi Sungyeol dan hendak menghilang pergi dari sana, namun ia lupa kalau ia sudah tidak bisa menghilang seperti biasanya. Myungsoo menghela nafas.

“Ahyeon?” Ujar Sungyeol.

Myungsoo mengangguk.

“Ya, lama-lama dia pasti mengerti kalau kakaknya semakin dewasa dan memerlukan pendamping hidup.”

“Mollayo, aku sedang tidak ingin memikirkannya.”

*****

Tiba-tiba pusaran angin hitam muncul di hadapan seorang Mayor yang tengah meminum kopinya dengan nikmat di sebuah rumah pohon dekat gerbang. Ia buru-buru melap bibirnya dan menghilangkan cangkir kopinya takut ketauan bahwa ia sedang bersantai.

Jendral Kim Sunggyu muncul ketika pusaran angin itu hilang, “Mayor Jang Dongwoo sedang apa kau?”

Mayor itu menegakkan badannya “Hanya berjaga mengawasi gerbang, Jendral.”

“Lalu kenapa makhluk itu bisa menembus gerbang itu?”

Dongwoo terkejut “Mwo?”

“Perkuat pertahanan sebelum lebih banyak fleguel masuk ke wilayah ini, kita harus menjaga mereka tetap hidup sebelum waktu penyerahan tiba.”

Mayor Dongwoo menelan ludahnya mendengar kata ‘penyerahan’ “Apa anda benar-benar akan melakukannya?”

“Tentu saja.”

“Tidak kah Jendral berpikir sekali lagi tentang itu? Ini bisa membahayakan nyawamu atau nyawa seluruh alam ini. Ingatlah kalau Howon itu kuat.”

“Kau sudah berani menentangku? Jangan sampai aku memasukan namamu ke daftar yang sama seperti mereka.”

Mayor Dongwoo hanya terdiam mendengar kalimat yang dilontarkan atasnya itu.

“Cepatlah perkuat tamengnya!”

“Tapi jendral, ini sudah tahap pertahanan yang paling kuat.”

Mayor Jang Dongwoo ini mempunyai kekuatan pelindung yang paling hebat di wilayah ini, maka dari itu Jendral Kim mempercayainya untuk menjaga gerbang.

“Tidak bisakah kau melakukan hal lain? Kau jangan mengecewakanku sebagai Jendral yang menunjukmu.”

Mayor Dongwoo terlihat berpikir, “Sebenarnya ada satu cara..”

“Baguslah, lakukan secepatnya.”

“Tapi, ini tidak mudah. Cara ini hanya bisa dilakukan saat purnama tiba.”

“Kapan purnama akan tiba?”

“Sekitar, dua hari lagi.”

Jendral Kim menghela nafasnya, “Sebelum malam itu aku akan menambah penjagaan, kau lakukanlah sesuai perintah.”

“Namun Jendral Kim…”

“Apa lagi?”

“Pelindung itu bersumber dari nyawaku sendiri.”

“Maksudmu?” Sunggyu memiringkan kepalanya.

“Ini sama saja seperti membagi nyawaku pada pelindung tameng, ku jamin ini cara paling kuat bahkan gerbangnya tidak bisa dibuka selama ribuan taun.”

“Kalau benar begitu, bukankah itu bagus?”

“Yang jadi masalah, jika gerbang itu berhasil dibuka maka aku akan mati.”

Jendral Kim terdiam. Ia menghela nafas, “Persiapkan segalanya untuk bulan purnama itu.”

*****

Oppa.” Ahyeon menyapa Myungsoo ketika ia melihat Myungsoo sedang duduk di bawah pohon depan asrama putra.

“Ahyeon. Kemari!” Myungsoo mengisyaratkan agar Ahyeon duduk di sampingnya.

Dengan senyum cerahnya Ahyeon berlari ke samping Myungsoo dan duduk di sampingnya, “Oppa sedang apa sendirian?” Ia bersandar pada bahu Myungsoo.

“Hanya sedang berangan-angan saja.”

“Jinjja? Apakah Oppa punya mimpi? Ceritakan padaku.”

Myungsoo tersenyum dan mengusap rambut adiknya, ia sangat sayang pada Ahyeon karena saat ini hanya dialah satu-satunya keluarga yang Myungsoo punya, “Bukan mimpi, ini hanyalah sebuah cerita yang pernah kubaca.”

“Ceritakan padaku, sudah lama sekali Oppa tidak membacakan cerita untukku semenjak kita menjadi besar dan pisah asrama.” Ahyeon memeluk lengan Myungsoo.

“Baiklah, ceritanya seperti ini. Di sebuah negri antahbranta, ada seorang anak laki-laki yatim piatu. Dia bekerja di sebuah pabrik untuk membiayai kehidupannya. Dia anak laki-laki yang tangguh dan tabah, ia tak pernah lelah bekerja. Sampai suatu hari ia jatuh hati pada perempuan yang bekerja sebagai pembuang sampah di pabrik itu. Kau bisa membayangkan betapa tulusnya si laki-laki itu menyukai seseorang yang sederhana.”

“Apakah mereka akan menikah?”

“Ya, mereka sudah merencanakan pernikahan mereka. Namun ternyata tepat satu hari sebelum pernikahannya ia bertemu dengan adiknya. Ia sangat rindu pada adiknya. Adiknya mengajaknya pergi ke tempat yang sangat jauh. Di hari itu terjadi percekcokan antara calon istrinya dan adiknya. Lelaki itu harus memilih, melindungi adiknya yang sama-sama sebatang kara atau pergi menikah dengan perempuan yang ia cintai.”

“Lalu dia memilih siapa?”

“Tentu saja ia memilih untuk melindungi adiknya selamanya.” Myungsoo mengacak-acak rambut Ahyeon.

“Ya! Ternyata Oppa menyindirku. Kau tidak benar-benar pernah membaca ceritanya kan,” Ia mengerucutkan bibirnya. “Kalau begitu, tambahkan saja ceritanya. Karena mereka sebatang kara, maka mereka memutuskan untuk menikah karena tidak ada yang melarang mereka untuk menikah dengan sesama saudara.”

Myungsoo tersenyum, “Hidup itu adalah sebuah pilihan. Kau harus memilih satu jalan dari sekian banyak jalan. Jika kau tidak memilihnya maka kau akan kehilangan segalanya.”

“Ne, aku tahu. Tapi aku tidak akan membiarkan yeoja lain mendekati Oppa aku tidak mau Oppa didekati dengan yeoja yang salah.”

“Arraseo, kau sangat perhatian. Kau kembalilah ke asrama! Aku ingin ke perpustakaan.”

“Shiro, aku tidak mau pergi. Lagi pula Oppa ingin membaca apa?”

Myungsoo menghela nafas, sesaat Ahyeon memang agak merepotkannya “Hanya ingin mencari informasi.”

“Informasi apa?”

“Informasi pengembalian kekuatan supranatural.”

“Mwo? Memangnya kekuatan Oppa sudah hilang.”

Myungsoo mengangguk, “Tepatnya sudah diambil oleh Letjen Bae.”

Ahyeon terperanjat, “Letjen Bae mengambil kekuatan Oppa?Tuh kan, sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat dengan yeoja lain.”

“Tenanglah, Oppa baik-baik saja. Pergilah dan ingat waspada terhadap sekitar. Saat ini disini sedang tidak aman.”

Ahyeon mengangguk, “Ne, Oppa juga hati-hati.”

Mereka pun berpisah pada siang itu.

Myungsoo menarik sebuah buku dari rak yang sangat besar. Ia membawanya ke salah satu meja dan mulai membuka lembaran pertama. Ia ingin mencari tahu kenapa perempuan itu bisa mengambil kekuatannya dan adakah cara untuk mengembalikannya?

Page 1

-Dimensions Handle-

Kekuatan turunan yang dimiliki secara alami oleh darah turunan Lee. Kekuatan ini menggunakan dimensi lain untuk menaruh sesuatu dengan perantara lubang hitam. Maka si pemilik kekuatan ini bisa kapan saja dimana saja mengambil barang yang sudah disiapkan.

Myungsoo membalik halaman berikutnya.

Page 2

-Blood Handle-

Kekuatan turunan yang dimiliki secara alami oleh darah turunan Kim. Kekuatan ini dapat membekukan darah musuh dengan efek si darah pemakainya pun akan ikut membeku di bagian yang ia serang. Kekuatan ini akan melekat selamanya pada darah keturunan Kim dan tidak dapat dihilangkan walaupun dengan darah keturunan Bae.

“Tidak dapat dihilangkan? Itu berarti..”

Myungsoo melihat ke arah seorang pria yang memunggunginya sedang membaca buku sambil berdiri. Myungsoo berkonsentrasi dan menatap lengan pria itu.

Buku yang dipegang pria itu terjatuh, pria itu tampak kebingungan karena tangannya tidak bisa bergerak.

Blood Handlenya tidak hilang. Ia tersenyum dan melepaskan siksaannya dari pria paruh baya itu. Ia senang si perempuan bernama Bae itu tidak bisa mengambil kekuatannya.

Muncul sebuah ide pemikiran di dalam kepala Myungsoo. Bagaimana jika ia mencari informasi tentang kekuatan yang dimiliki si darah turunan Bae itu.

Myungsoo membuka lembar demi lembar, matanya dengan teliti menelusuri kata-kata yang tertera di setiap halaman, ia terus mencari pantang menyerah. Ternyata hasilnya nihil, tidak ada darah turunan Bae yang tercantum. Ia membuka halaman terakhir. Ada sebuah halaman terakhir yang hilang, sepertinya halamannya telah disobek.

“Hei, berani sekali kau melakukan itu padaku.”

Myungsoo mendongak, “Mayor Jang,” Myungsoo segera berdiri dan membungkukkan badannya. “Jeongsohamnida, kukira tadi bukan kau.” Ia merasa kikuk karena orang yang dijadikan percobaannya adalah Dongwoo.

“Sedang apa?”

“Sedang membaca buku.” Myungsoo berdeham, “Mayor Jang, kau kan lebih lama tinggal disini. Apakah kau tahu sesuatu tentang Letjen Bae?”

“Oh, Letjen Bae yang sangat galak itu? Bagaimana bisa aku tidak tahu tentang dia. Waeyo? Kau sudah mulai melirik para atasan ya?” Dongwoo mengangkat alis tiga kali menggoda Myungsoo.

“Bukan seperti itu ck..” Myungsoo kalah serang. Dongwoo memang dekat dengannya seperti Sungyeol namun karena usianya yang jauh lebih tua dan sifatnya yang senantiasa melindungi jadi ia lebih menganggap Dongwoo sebagai ayahnya, hitung-hitung ia tidak pernah merasakan rasanya punya seorang ayah.

“Kita bercerita sedikit sebelum kita bertugas malam.” Dongwoo merangkul Myungsoo untuk duduk.

“Aku hanya penasaran saja, sudah hampir seluruh hidupku aku tinggal disini namun rasanya aku baru pertama kali melihat Letjen Bae.” Myungsoo menopang dagunya.

Dongwoo mendekatkan wajahnya, “Karena dia istimewa, bahkan lebih istimewa dari dirimu.” Bisiknya. “Dia tidak pernah diperbolehkan keluar dari kecil, entahlah mungkin akibat berita munculnya fleguel itu dia jadi ditugaskan.”

Mungsoo menaikkan alisnya tanda masih belum mengerti.

“Kalau kau masih bisa dihukum oleh Jendral Kim maka Letjen Bae tidak akan dikenai hukuman karena dia anak yang diasuh oleh Jendral Kim.”

“Aku tidak peduli soal itu, ceritakan saja tentang dirinya.”

Dongwoo mendelik karena perkataan Myungsoo yang memotong pembicaraannnya, “Hal yang membuatnya istimewa adalah dia keturunan darah Bae yang terakhir.”

Myungsoo membulatkan matanya, “Mwo?”

Dongwoo mengangguk, “Kau tidak tahu kasus yang menimpa darah Bae puluhan tahun yang lalu?”

“Ayolah, kalau aku tahu mana mungkin aku bertanya.”

“Oh iya kau benar juga.” Dongwoo tercengir sedetik lalu memulai ceritanya kembali, “Darah keturunan Bae dibantai karena dianggap membahayakan. Mereka punya kekuatan khusus untuk menghisap dan mencabut kekuatan.”

“Lalu kenapa? Apa masalahnya?”

“Karena turunan darah Bae hampir semuanya mempunyai setengah dari jiwa iblis, mereka bisa lepas kendali dan membantai semua orang yang dilihatnya. Merasa terancam maka semua orang memburunya, bahkan mempertaruhkan emas untuk siapapun yang berhasil memenggal kepala darah keturunan Bae. Jendral Kim Sunggyu termasuk orang yang memburu darah keturunan itu dulu sebelum dunia Zwart mengelilingi wilayah kecil ini.”

“Huh? Lalu untuk apa ia mengurus Letjen Bae.”

“Karena ia mempunyai tujuan.”

“Tujuan?”

Dongwoo melihat sekelilingnya, ia menempatkan mulutnya di telinga Myungsoo dan berbisik, “Karena ia ingin menggunakan darah iblis Bae untuk mengalahkan Lee Howon.”

“Lee… Howon?”

“Seseorang yang telah menciptakan dunia Zwart. Percaya atau tidak dulunya wilayah ini hanya dipakai untuk daerah pelatihan pasukan. Lee Howon adalah seorang Jendral sama seperti Kim Sunggyu lalu keinginan gelapnya mengendalikan dirinya. Ia ingin menguasai dunia. Kabarnya ia berguru pada iblis secara diam-diam. Setelah ia benar-benar menjadi kuat ia menyerang kota, merusaknya dan merubah seluruh makhluk seperti manusia, binatang, tumbuhan menjadi makhluk mengerikan Fleguel.”

“Apakah orang itu masih ada?”

“Ya, karena dunia Zwart masih ada, itu berati dia masih ada dan tidak tahu dimana.”

Sekarang Myungsoo merasa kecewa, ia sudah sangat lama tinggal disini namun tak satu orang pun yang memberitahunya tentang hal ini atau bahkan dirinya tak mencoba mencari tahu.

“Sudah hampir gelap, cepatlah bersiap, kita harus berjaga malam ini.” Dongwoo menepuk pundak Myungsoo dan pergi dari sana.

“Kenapa tidak ada yang mencoba untuk keluar dari wilayah ini dan membunuh Howon?” Myungsoo menaikkan bahunya. Ia menutup bukunya dan menaruhnya kembali dalam rak.

*****

“Myungsoo! Aku ingin menangis! Ambillah aku Fleguel! Bawa aku daripada aku harus berjaga sampai tengah malam begini.” Sungyeol merengek ketika Myungsoo dan Sungyeol berjaga di depan gerbang bersama Dongwoo di rumah pohon samping gerbang.

Myungsoo menginjak kaki Sungyeol, “Bicara jangan sembarangan. Aku juga sama-sama lelah, masa kita kalah dengan perempuan disana.” Myungsoo menunjuk Jinri dan Ahyeon yang sedang berjaga di ujung sana.

“Jendral macam apa yang tega menyuruh wanita sekalipun untuk jaga malam.” Sungyeol menguap sekali.

Myungsoo mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya pada kepala Sungyeol, “Diam kau.”

Namun Sungyeol tak takut dan hanya berbicara, “Aku terlalu mengantuk untuk dicium Mrs. Bae karena kita bertengkar lagi.”

Myungsoo mendelik, sejak kapan temannya ini memanggil Letjen Bae dengan sebutan Mrs? “Sungyeol.” Serunya sambil memasukkan kembali pistolnya.

Myungsoo menatap dunia Zwart dari sela-sela jeruji besi, “Apakah kau pernah berpikir untuk pergi ke sana?”

“Kesana kemana?”

Myungsoo memandang lurus dunia Zwart yang sangat gelap, “Ke dunia Zwart.”

“Kau gila? Kau akan mati dalam hitungan detik.” Sungyeol tertawa mengejek.

“Tapi aku pernah mengalahkan fleguel.”

“Tetap saja, di luar sana akan ada lebih banyak fleguel atau bahkan lebih banyak makhluk mengerikan lagi yang lebih kuat dari fleguel. Kau sudah gila Letnan.”

Dongwoo yang sejak tadi hanya duduk di atas mengawasi sambil sesekali menguping pun merasakan sesuatu yang aneh. Ia berdiri dan melihat ke sekeliling, anginnya lebih kencang dari biasanya, “Letnan! Ambil posisi. Ada yang tidak beres.” Teriaknya dari atas.

Myungsoo kembali mengeluarkan pistolnya sementara Sungyeol mengeluarkan dua senapan mesin dari lubang hitam ditangannya.

Jantung mereka berdebar ketika lolongan aneh terdengar dari luar sana. Myungsoo dan Sungyeol mengambil posisi bersiap-siap begitu juga dengan prajurit yang sedang berjaga.

Beberapa detik kemudian tanah berguncang.

“A.. Apa ini?” Jinri dan Ahyeon berlari menghampiri mereka.

“Sesuatu yang buruk! Berhati-hatilah!” Dongwoo melompat dari rumah pohonnya, “Sersan Jinri bangunkan semua prajurit dan beritahu semua yang sedang berjaga di bagian belakang!”

“Baik!” Jinri memejamkan matanya, berusaha menghubungkan pikirannya pada semua orang di seluruh prajurit.

Kita akan diserang dari pintu utama!

“Hei! Pakai ini!” Sungyeol melemparkan satu senapannya pada Jinri.

Jinri menangkapnya, “Terimakasih, Letnan.”

Makin lama suara lolongan itu semakin dekat. Myungsoo menguatkan hatinya agar ia tidak takut. Ia menoleh pada Ahyeon, Adiknya itu terlihat berani.

“Bersiap!”

BRAAAAAKKKKK!

Gerbang utama telah dibobol. Ini hal yang tidak pernah dibayangkan oleh Myungsoo, pasukan fleguel  yang begitu banyak begitu mengerikan telah berhasil membobol tameng. Makhluk hitam terbang mengerikan itu secara bersamaan memasuki wilayah.

“SERANG!”

Myungsoo mulai menembakkan pistol istimewanya pada fleguel. Sama halnya dengan Sungyeol yang mulai menembakinya dengan senapan miliknya.

“Hei! Kenapa tidak mempan.” Geram Sungyeol.

Dongwoo diserang oleh satu fleguel, ia berusaha menghindar. Makhluk hitam itu menangkapnya.

“Mayor!” Teriak Myungsoo yang sibuk menembaki fleguel yang menyerangnya.

“Aku tidak apa-apa!” Ia melepaskan makhluk hitam itu dengan kekuatan pelindungnya.

Sungyeol berlari mundur, “Ini tidak berhasil, sial.” Ia menarik lengan Jinri yang sibuk menembaki fleguel. “Tetap dibelakangku!” Perintahnya. Ia menggerakkan kedua tangannya, membentuk suatu pusaran hitam yang ukurannya lebih besar.

“Semuanya minggir!” Teriaknya ketika kedua tangannya sudah menopang bazooka. Sungyeol menarik pelatuk bazookanya.

DUESSSH!!

Tubuhnya hampir terjungkal kebelakang namun ditahannya oleh Jinri. Peluru bazooka melesat cepat dan meledak di sekumpulan fleguel. Membuat mereka berubah menjadi asap. Namun asap itu malah menyatu kembali dan membentuk sebuah fleguel yang lebih besar.

Myungsoo menembakkan peluru pada fleguel-fleguel. Beda dengan Sungyeol, peluru miliknya akan membuat fleguel lenyap. Baru saja ia merasa diatas awan, namun tiba-tiba kepalanya sakit dan pandangannya kabur efek darahnya diambil oleh pistol itu.

“Sial disaat seperti ini!”

Myungsoo menjadi sasaran empuk para fleguel. Ia mulai diserang. Myungsoo berdiri sekuat tenaga dan berlari mun dur sambil sesekali memukul fleguel yang mendekatinya dengan kepalan tangan yang berapi. Ia terjatuh. Tamatlah sudah.

“Oppa!”  

Ahyeon berlari dan melindunginya dengan tubuhnya sendiri.

“Ahyeon?”

Makhluk hitam itu melilit tubuh adiknya dan mulai menyeretnya. “Tolooong! Oppa!” Ahyeon menjulurkan tangannya.

“Tidak! Ahyeon!” Myungsoo mengulurkan tangan untuk menarik Ahyeon namun fleguel yang lain malah ikut melilit tangan Myungsoo dan mulai menelannya ke dalam kegelapan.

“Kupegang kau!” Dongwoo datang menarik lengan Myungsoo dengan lingkaran pelindungnya. Myungsoo terlepas dari makhluk hitam itu.

“Ahyeon!” Myungsoo berlari ke luar lingkaran pelindung Dongwoo namun Mayor itu menariknya kembali.

“Jangan keluar dari sini!”

Makhluk hitam itu menelan habis tubuh malang adiknya.

Myungsoo memukul-mukul lingkaran pelindung Dongwoo dengan tangan apinya, berharap pelindungnya hancur dan pergi berlari menolong Ahyeon.

“Sudah terlambat untuk menyelamatkannya!”

“Andwaaee!” Myungsoo mengeluarkan airmatanya. Adik kesayangannya, satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang telah direbut. Myungsoo berteriak.

“Maaf atas keterlambatanku, Letnan Kim.”

Letjen Bae, telah berdiri dihadapan mereka. Sang iblis telah datang.

BLEDAARR!

“Ambil ini!” Sungyeol meberikan beberapa granat pada jinri. “Lempar!”

Mereka melemparnya secara bersamaan kepada fleguel yang sangat besar. Sialnya setelah diserang fleguel itu akan kembali menyatu.

“Biar aku yang maju.” Jinri mengarahkan tangannya pada kolam yang tak jauh dari gerbang. Ia menarik air itu, seketika air itu seperti menuruti perintahnya. Sungyeol tercengang. Jinri mengurung fleguel dihadapannya dengan air yang ia kendalikan.

“Daebak!”

“Cepat cari cara! Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi Letnan.”

“Letjen!”

Letjen Bae berkacak pinggang dan menatap lurus, menantang fleguel di depannya, “Akan kuusir mereka.” Ia menarik nafas. Ketika menghembuskannya, setengah dari wajahnya berubah.

“I.. Iblis itu benar.” Myungsoo terkejut sekaligus kagum dengan Letjen itu.

Mata kanan Letjen itu telah berubah menjadi merah menyala, “I’m Bae Suzy, aku adalah iblis.” Ia mulai berlari dan melompat ke dalam kerumunan fleguel itu.

“Perlindungannya akan habis, kau bersiaplah.” Lingkaran pelindung Dongwoo semakin menipis dan akhirnya menghilang.

Fleguel kembali menyerang mereka ketika pelindungnya sudah hilang. Myungsoo mengangkat pistolnya dan kembali menembaki para fleguel itu.

Seberkas cahaya muncul dari tengah kerumunan fleguel itu.

Myungsoo berhenti menembaki ketika para fleguel itu berhenti menyerang, “Apa yang terjadi?”

Myungsoo merasakan kekuatan besar, apakah itu iblis?

Dari tengah kerumunan fleguel itu melededaklah sebuah petir yang dasyat, menyebabkan kawah kecil disekelilingnya. Fleguel terlontar kemana-mana.

“Haaaaaaa!”

Myungsoo terpukau ketika melihat Suzy menarik kepulan asap merah yang disebabkan dari ledakkan tersebut, dikumpulkannya asap itu dan di hembuskannya dengan kencang untuk mendorong fleguel ke luar dari gerbang.

“Perempuan itu benar-benar, iblis.”

Tbc…

12 thoughts on “[FANFICTION] ZWART (Book 1 “The Last Blood”)

Leave a comment